Konsep kekayaan dan kecukupan dalam al-qur’an: relevansinya terhadap ayat-ayat tentang kekayaan dan kecukupan (studi komparatif penafsiran Wahbah al-Zuhaili> dan Musthafa al-Maraghi>)

Aldi Pratama Putra, NIM. 202112134108, “Konsep Kekayaan Dan Kecukupan Dalam Al-Qur’an: Relevansinya Terhadap Ayat-ayat Tentang Kekayaan Dan Kecukupan (Studi Komparatif Penafsiran Wahbah al-Zuhaili> DanMusthafa al-Maraghi>>)
Penelitian ini mengkaji konsep kekayaan (al-ghinā) dan kecukupan (al-kifāyah) dalam al-Qur’an melalui studi komparatif penafsiran Wahbah al-Zuhaili dan Musthafa al-Maraghi, serta relevansinya terhadap kehidupan spiritual dan ekonomi Islam. Terdapat masalah kesenjangan sosial yang marak akibat cacat pemahaman interpretasi konsep kekayaan dan kecukupan. Kebutuhan untuk memahami relevansi ayat-ayat tentang kekayaan dan kecukupan dari mufassir klasik dan kontemporer. Timbulnya tindakan kejahatan dan masalah sosial lainnya sebagai dampak dari kesenjangan sosial ekonomi.
Untuk memahami bagaimana al-Qur’an mendefinisikan kekayaan dan kecukupan, serta bagaimana konsep ini dipahami dalam perspektif Islam. Untuk menganalisis implikasi konsep kekayaan dan kecukupan dalam al-Qur’an terhadap perilaku ekonomi dan sosial manusia, serta mengembangkan pemahaman dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif berbasis studi kepustakaan (library research). Data primer yang digunakan adalah al-Tafsir al-Munir karya Wahbah al-Zuhaili. Data sekunder meliputi Tafsir al-Maraghi karya Ahmad Musthafa al-Maraghi, serta karya-karya lain yang relevan dari al-Qur'an, Hadits, dan tafsir kontemporer. Menggunakan analisis deskriptif untuk mengemukakan dan menggambarkan pemikiran yang ada serta menjelaskan ayat-ayat tentang kekayaan dan kecukupan berdasarkan penafsiran Wahbah al-Zuhaili dan literatur terkait.
Kedua mufassir sepakat bahwa kekayaan adalah amanah dari Allah SWT yang harus dikelola secara bijak, bukan tujuan akhir, melainkan sarana untuk kebaikan dan kesejahteraan masyarakat. Kecukupan tidak hanya diukur dari materi, tetapi juga dari sikap mental dan spiritual, yang mengarah pada kebahagiaan sejati. Pentingnya keadilan sosial dalam distribusi kekayaan ditekankan untuk mencegah konflik sosial dan mendorong masyarakat yang adil dan berkelanjutan.
Penafsiran keduanya tetap relevan dalam menghadapi tantangan ekonomi dan sosial modern, mengajak umat Islam untuk beradaptasi sambil berpegang pada prinsip dasar Islam. Secara keseluruhan, penelitian ini menyimpulkan bahwa konsep kekayaan dan kecukupan dalam al-Qur'an, sebagaimana dipahami oleh Wahbah al-Zuhaili dan Musthafa al-Maraghi, memberikan panduan komprehensif bagi umat Islam untuk mengelola harta, berkontribusi pada kesejahteraan masyarakat, dan mencapai kebahagiaan spiritual, dengan memandang kekayaan sebagai alat untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi, yaitu keadilan, kesejahteraan, dan kedekatan dengan Allah SWT.