Jazuli, Ahmad (2025) DOKTRIN SATU MURSYID SUFI DALAM AL-ANWĀR ALQUDSIYYAH FĪ MA‘RIFAH QAWĀ‘ID AṢ-ṢŪFIYYAH KARYA ALSYA‘RĀNĪ. S1 thesis, Institut Al Fithrah (IAF) Surabaya.
![[thumbnail of ABSTRAK_202112137225.pdf]](https://erepository.alfithrah.ac.id/style/images/fileicons/text.png)
ABSTRAK_202112137225.pdf
Download (1MB)
![[thumbnail of AHMAD JAZULI_202112137225.pdf]](https://erepository.alfithrah.ac.id/style/images/fileicons/text.png)
AHMAD JAZULI_202112137225.pdf
Download (2MB)
![[thumbnail of HASIL PLAGIASI_202112137225.pdf]](https://erepository.alfithrah.ac.id/style/images/fileicons/text.png)
HASIL PLAGIASI_202112137225.pdf
Download (276kB)
Abstract
Ahmad Jazuli, 202112137225, Doktrin Satu Mursyid Sufi dalam Al-Anwār al-Qudsiyyah fī Ma‘rifah Qawā‘id al-Ṣūfiyyah karya al-Syaʿrānī
Penelitian ini membahas doktrin satu mursyid dalam tradisi tasawuf dengan merujuk pada karya al-Anwār al-Qudsiyyah fī Maʿrifah Qawāʿid al-Ṣūfiyyah karya Imam ‘Abd al-Wahhāb al-Syaʿrānī, salah satu sufi besar abad ke-10 H. Doktrin ini menegaskan bahwa seorang salik (penempuh jalan spiritual) hanya diperbolehkan memiliki satu guru pembimbing (mursyid) dalam perjalanan ruhani. Tujuan penelitian ini adalah menggali pemikiran al-Syaʿrānī mengenai urgensi bimbingan satu mursyid dalam proses tazkiyat al-nafs (penyucian jiwa), sekaligus menjelaskan relevansinya dalam konteks spiritualitas di era modern.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan studi pustaka (library research). Data utama diperoleh dari teks primer kitab al- Anwār al-Qudsiyyah, kemudian diperkuat dengan literatur sekunder berupa buku, jurnal, tesis, dan skripsi yang relevan. Analisis dilakukan dengan mengkaji isi teks secara mendalam serta menempatkannya dalam kerangka doktrin tasawuf klasik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa menurut al-Syaʿrānī, mursyid yang ideal adalah seorang sufi kamil dengan sanad ruhaniyah yang bersambung hingga Rasulullah SAW, sekaligus memiliki kemampuan membimbing murid secara lahir dan batin. Ia menegaskan bahwa berguru kepada lebih dari satu mursyid akan menimbulkan ikhtilāṭ al-ṭuruq (kekacauan jalan spiritual) yang dapat melemahkan istiqamah bahkan menjerumuskan murid dalam fitnah ruhani. Oleh karena itu, kesetiaan pada satu mursyid dipandang sebagai fondasi utama proses suluk, karena selain sebagai pengajar, mursyid juga berperan sebagai pembimbing batin yang menuntun murid menuju maqamat dan sidq al-tawajjuh li wajh li Allah.
Relevansi doktrin ini semakin terasa di era modern, ketika gaya hidup materialistik dan distraksi duniawi dapat melemahkan komitmen spiritual. Kehadiran mursyid tidak dapat digantikan oleh media digital, sebab perannya mencakup penyembuhan penyakit hati, pembinaan adab, serta pengujian kesiapan ruhani murid. Dengan demikian, prinsip satu mursyid bukan sekadar tradisi sufistik, melainkan kebutuhan nyata bagi seorang salik dalam menjaga kontinuitas perjalanan ruhani, keseimbangan hidup, serta kesinambungan spiritual yang otentik sesuai ajaran Rasulullah SAW.
Item Type: | Thesis (S1) |
---|---|
Contributors: | Contribution Name NIDN/NIY Email Thesis advisor Cholil, Abdul Mun'im 2126068502 Piyoefadil@gmail.com |
Uncontrolled Keywords: | Tasawuf, Satu Mursyid, Al-Syaʿrānī, Al-Anwār al-Qudsiyyah, Bimbingan Ruhani. |
Subjects: | B Kajian Filsafat, Psikologi, dan Kepercayaan Keagamaan > B Filsafat (Umum) K Hukum > K Ilmu Hukum (Umum) L Pendidikan > L Pendidikan (Umum) L Pendidikan > LD Intitutsi Pendidikan (Wilayah) |
Divisions: | Fakultas Ushuluddin dan Dakwah > Ilmu Tasawuf |
Depositing User: | Ahmad Jazuli |
Date Deposited: | 08 Oct 2025 09:12 |
Last Modified: | 08 Oct 2025 09:12 |
URI: | https://erepository.alfithrah.ac.id/id/eprint/191 |