Self Reward Sebagai Konsep Syukur Dalam Al-Qur'an (Studi Penafsiran Buya Hamka Dalam Tafsir Al Azhar)

ABSTRAK
Afkar Nur Madani, NIM. 202112134112, Self Reward Sebagai Konsep Syukur Dalam Al- Qur’an (Studi Penafsiran Buya Hamka Dalam Tafsir Al-Azhar).
Fenomena self-reward muncul sebagai bentuk apresiasi diri, namun seringkali disalahpahami sebagai pelarian dari masalah atau berujung pada perilaku konsumtif berlebihan (israf). Terdapat kebutuhan untuk memahami self-reward dalam kerangka yang lebih sehat dan proporsional, terutama dari perspektif Islam, yang belum banyak dibahas relevansinya dengan konsep syukur, khususnya menurut pandangan Buya Hamka dengan rumusan masalah sebagai berikut bagaimana penafsiran ayat tentang self reward perspektif Buya Hamka sebagai konsep syukur dan bagaimana implementasi self reward sebagai konsep Syukur Menurut Buya Hamka pada masa kini. Skripsi ini bertujuan untuk memahami penafsiran ayat tentang self-reward perspektif Buya Hamka sebagai konsep syukur serta memahami implementasi self reward sebagai konsep Syukur Menurut Buya Hamka pada masa kini.
Skripsi ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis Library Research (Penelitian Kepustakaan). Data primer yang digunakan adalah Al-Qur'an dan Tafsir Al-Azhar karya Buya Hamka, khususnya ayat-ayat yang berkaitan dengan self-reward. Data sekunder meliputi buku psikologi, jurnal, artikel, dan kitab penafsiran relevan lainnya. Pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan literatur yang relevan, menentukan ayat-ayat terkait, dan menjadikan Tafsir Al-Azhar sebagai sumber utama. Analisis data dilakukan secara deskriptif untuk menginterpretasikan makna self-reward dalam konteks syukur berdasarkan tafsir Buya Hamka, dengan dukungan tafsir tematik, dan teori konsep syukur.
Skripsi ini menghasilkan beberapa temuan di antaranya : 1) Buya Hamka dalam Tafsir Al-Azhar menafsirkan self-reward bukan sekadar bentuk penghargaan diri modern, melainkan sebagai manifestasi syukur yang aktif dan beradab. Beliau menekankan bahwa syukur harus diwujudkan melalui tindakan nyata, bukan hanya ucapan lisan, dan harus proporsional serta tidak menjerumuskan pada perilaku konsumtif atau hedonistik (israf). Dalam penafsiran QS. An-Naml Ayat 40, Hamka mengkritik mentalitas yang fokus pada kekurangan dan menganggap self-reward yang benar adalah bagian dari mekanisme syukur, bukan pembenaran untuk berfoya-foya. Pada QS. Luqman Ayat 12, Buya Hamka menafsirkan bahwa syukur bukan hanya ucapan, tetapi kesadaran mendalam bahwa semua nikmat berasal dari Allah, dan harus diiringi dengan perbuatan nyata yang bermanfaat. Orang yang bersyukur sesungguhnya sedang berbuat kebaikan untuk dirinya sendiri, karena sikap syukur melahirkan ketenangan hati, semangat hidup, dan menjauhkan dari sikap kufur nikmat.2) Implementasi penafsiran Buya Hamka di era modern dapat diwujudkan dalam pola hidup sederhana, menjaga keseimbangan antara kebutuhan jasmani dan rohani, serta menjadikan setiap pencapaian sebagai sarana memperkuat iman. Dengan cara ini, self reward yang benar tidak hanya menjaga kesehatan mental dan semangat hidup, tetapi juga mengantarkan manusia lebih dekat kepada Allah SWT serta lebih peduli terhadap sesama.

Kata Kunci: Self-reward, Syukur, Tafsir, Al-Azhar, Buya Hamka.